Kamis, 12 November 2020

KETUM GP. ANSOR BERSUARA

 Jakarta, CNN Indonesia -- 

Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas berharap Imam Besar FBI yakni Muhammad Rizieq Shihab tak membuat kegaduhan kembali usai pulang ke Indonesia dari Arab Saudi. Dia berharap Rizieq sudah merenungkan itu selama tinggal di Arab Saudi.

"Dan tentu saja ke depan, tidak ada lagi kegaduhan-kegaduhan," kata Yaqut kepada CNNIndonesia.com, Kamis (12/11).

Yaqut menilai semua warga negara Indonesia yang berada di luar negeri berhak untuk kembali ke tanah air, tak terkecuali Rizieq. Apapun statusnya, baik pulang melalui aturan yang berlaku maupun deportasi, wajib untuk diakomodasi oleh pemerintah.

"Untuk kepulangan Rizieq Shihab saya berharap 3,5 tahun di Arab cukup menjadi bahan perenungan," kata KETUM GP. ANSOR

Selasa, 01 September 2020

Resah

 Kau Liat saja aku online 

Kalau perlu lupakan aku saja 

Sepertinya kini telah jelas bahwasanya perubahan telah nampak kluar 

Sikap sperti ini yg membuat rasa smakin melemah.. Dan berkata apa artinya smua ini.

Karena untuk apa berjuang jika kabar pun tak ada, bukan kah kau tau aku kerja tetapi dalam pekerjaan itu tdk mesti ingin menghilangkan kabar dari dirimu dan tdk mngharapkan kabarmu,?

Bukannya aku mnuntutmu tpi setidaknya kau ada kabar, 

sedangkan kamu online jg 

Bukankah kamu yg ingin diperjuangkan,? 

Heheheh ketawa sedihka jalani hubunganku ini... 

Karena dengan begini Asumsi saya smakin kuat bahwa namaku yg ada dalam statusmu tapi bukan ragaku dan jiwaku yg ada dlm fikiran & hatimu


Aku tau kau sedih atas kata kataku dan tapi itulah aku.. Yg salalu menuntut kebenaran 

Tapi apakah kau tau bagaimana aku yg memperjuankanmu,, meski berapakali aku memarahimu,,

Minggu, 02 Februari 2020

take care of yourself

Klo difikir ii Aneh, tpi nyata
Terlalu sibuk kita membahas sesuatu hingga mnimbulkan kalimat yg tajam,
Beberapa yg ego dengan mempertahankan Argumen mereka
*loh tdk begitu*
Padahal sesungguhnya tak ada yg dirugikan saat Mereka kami miilih A atau B
begitu pula sebaliknya tak Rugi jika mereka Pilih B atau A
Persoalan keyakinan yg berbeda itu tdk apa" tpi dampak dari Aturan Aturan dari Sesuatu yg mereka Yakini ini mnimbulkan pembahasan, disaat
Mebid,ahkan
Mengharamkan bahhkan
Mengkafirkan dan menglalkan darah manusia, hinhga timbul bahasa kasar yg lain,
Padahal apa wewenang manusia untuk mengurusi itu.
itu urusan allah kepada masing masing manusia
bukan manusia sesama manusia,

Rasulullah telah mengatakan didalam salah satu hadist bahwasanya Islam Akan terbagi menjadi 73 golongan,

Berarti 73 Golongan ini  berbeda beda,
Tpi kok di permasalahkan
JIKA ADA YG TAK MAMPU MENERIMA PERBEDAAN INI YG SUKA MENGUJARKAN KEBENCIAN YG SUKA MENGATAKAN HAL YG DAPAT MLUKAI HATI SESEORANG
Berarti
ISLAM, AQIDAH & HATI KMU BERMASALAH

                                                 Ttd

                                     Ari Supratman,S.Pd

Minggu, 25 Agustus 2019

Arissupratman299.blogspot.com: Gus Yaqut: Upaya Adu Domba Banser dan Warga Papua ...

Arissupratman299.blogspot.com: Gus Yaqut: Upaya Adu Domba Banser dan Warga Papua ...: Gus Yaqut: Upaya Adu Domba Banser dan Warga Papua Akan Sia-sia Minggu, 25 Agustus 2019 | 14:38 WIB Oleh : Syahrul Ansyari ...
  • Gus Yaqut: Upaya Adu Domba Banser dan Warga Papua Akan Sia-sia

  • Minggu, 25 Agustus 2019 | 14:38 WIB
  • Oleh :
    • Syahrul Ansyari
  • Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, bersama warga Papua.
    Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, bersama warga Papua.
    Foto :
    • Istimewa.
    VIVAnews - Tagar bubarkan Bansertiba-tiba jadi trending di Twitter. Namun, menurut Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, tagar yang terpopuler adalah #BanserUntukNegeri.
    Mengenai adanya pihak-pihak yang menyuarakan pembubaran Banser, pria yang akrab disapa Gus Yaqut itu mempertanyakan apakah betul itu masyarakat Sorong yang minta? Atau justru pengasong khilafah yang mencoba menumpangi?
    "Saya kok enggak percaya kalau itu murni tuntutan masyarakat Sorong. Selama ini Banser dan masyarakat Papua bersahabat kok. Bahkan saat ormas lain menyerbu Asrama Mahasiswa Papua, Banser yang kemudian menjaga asrama mereka," kata Gus Yaqut saat dihubungiVIVAnews, Minggu 25 Agustus 2019.
    Gus Yaqut lantas menunjukkan sejumlah foto keakraban Banser dengan warga dan tokoh-tokoh Papua termasuk saat dirinya mengunjungi Bumi Cendrawasih tersebut dan mendapat sambutan hangat. Tidak hanya itu saja, anggota Banser juga ada yang berasal dari Papua.
    Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, saat di Papua.
    Dari penelusuran VIVAnews, ada foto-foto yang bertuliskan tuntutan massa di Sorong, Papua, beredar di Twitter. Salah satu tuntutan itu berisi permintaan kepada pemerintah untuk membubarkan Banser.
    "Kalau tanya pernyataan itu hoax atau tidak, sebaiknya tanya ke yang bikin. Saya nggak bisa jawab. Karena upaya mengadu domba Banser dan warga papua, hanya akan berakhir sia-sia," tuturnya.
  • Sumber 
  • Www.Vivanews.com 

Kamis, 22 Agustus 2019

Assalamualaikum wr wb.
Warga net.
Aku ari supratman, S.Pd dari Polewali Mandar Sulbar dengan ini menyatakan bahwa
Saya sangat setuju dengan BANSER (Barisan Ansor Serbaguna) yang tetap mempertahankan islam ahlusunnah waljamaah dan mempertahankan Tradisi Menjaga budaya dan melestarikannya,

Minggu, 12 Mei 2019

Sejarah Banser

SEJARAH BANSER

 Mohammad Zainuddin Kayubi adalah pendiri Banser (Barisan Ansor Serba-Guna) yang berada di bawah naungan Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama (GP Ansor NU). Pegawai Urusan Agama Islam pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar ini pernah aktif sebagai politisi Partai NU di tahun 1950-an dan Sekretaris Pengurus Cabang NU Blitar.

Lahir di Desa Pengkol, Kecamatan Sumoroto, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, pada 1 Januari 1926. Ayahnya seorang petani biasa. Kakeknya dari jalur ayah adalah seorang lurah yang disegani di kampungnya. Sementara kakek dari jalur ibu pernah menjabat sebagai wedono. Sejak kecil beliau mengenyam pendidikan di Sekolah Ongko Loro Brotonegaran hingga tamat di kelas enam pada tahun 1941. Tidak semua anak desa bisa mencapai tingkatan itu. Sebab pada jaman penjajahan Belanda pendidikan untuk anak pribumi sangat dibatasi. Di wilayah kecamatan Sumoroto saja, hanya dua anak yang bisa tamat sampai kelas enam Sekolah Ongko Loro – dan Kayubi adalah salah satunya.

Setelah itu Kayubi nyantri di Pesantren Waung, Baron, Nganjuk. Enam tahun beliau menimba ilmu di pesantren asuhan Kiai Bonondo, pakde atau pamannya sendiri. Selama di pesantren, beliau tidak jauh berbeda dengan santri-santri yang lain – tidak ada keistimewaan untuk keponakan kiai. Materi pelajaran kesukaannya di pesantren adalah ilmu nahwu dan ilmu sharaf, dan beberapa ilmu lainnya. Di tahun-tahun terakhir nyantri di pesantren, seperti halnya anak-anak santri di masa itu, Kayubi ingin masuk bergabung ke Barisan Hizbullah. Barisan Hizbullah adalah sebuah laskar rakyat yang dibentuk oleh Masyumi usai Proklamasi Kemerdekaan 1945. Namun orang tuanya tidak mengizinkan. Tapi semangat beliau tetap menyala untuk masuk berjuang ke gelanggang perang membela agama islam Patriotismenya tidak pernah pupus dalam hatinya.

Sepulang dari pesantren beliau langsung mendaftar ke dalam Barisan Hizbullah di Ponorogo. Hingga sempat maju ke medan perang ketika Belanda menggelar Agresi Militer pertama di bulan Juli 1947. Tak lama kemudian dari Hizbullah, beliau bergabung ke dalam tentara reguler, bergabung ke TNI, setelah adanya perintah peleburan seluruh dewan kelaskaran ke dalam wadah tentara nasional di tahun 1947. Ketika Pemberontakan FDR/PKI di Madiun terjadi pada tahun 1948, Kayubi ikut ke dalam kancah perjuangan menumpas aktor-aktor pemberontakan dan pengkhianatan terhadap NKRI itu. Operasi militer beliau gelar dari Madiun hingga ke Magetan dan Ponorogo. Demikian pula, ketika Agresi Militer II tentara Belanda menyerang Republik Indonesia hingga masuk ke kota Madiun, Kayubi juga ikut dalam perjuangan gerilya melawan pendudukan tentara asing itu.

Usai revolusi kemerdekaan, tahun 1952 Kayubi meninggalkan dunia militer dan masuk ke dalam jajaran pegawai Departemen Agama. Awalnya beliau bertugas di Kantor Urusan Agama (KUA) Jenangan, Ponorogo, mengurus masalah-masalah pernikahan dan cerai. Pada tahun 1953 beliau pindah ke Blitar bersama keluarganya, karena dipindah-tugaskan ke Bagian Urusan Agama Islam (Urais) Kantor Departemen Agama Kabupaten Blitar.

Selain sibuk di kantor, Kayubi juga aktif di Kepanduan Ansor NU dan juga di organisasi NU. Tidak lama kemudian beliau dipercaya sebagai Ketua Pandu Ansor NU Kabupaten Blitar, merangkap Sekretaris PCNU Blitar (1953-1955). Ketika Kwartir Nasional Pandu Ansor menggelar kegiatan perkemahan Jambore Nasional di Jakarta pada tahun 1954, Kayubi memimpin satu rombongan mengikuti acara itu di daerah Kemayoran.

Kayubi ikut Partai NU yang memisahkan diri dari Masyumi dan aktif berkampanye dalam Pemilu 1955. Hasilnya, Partai NU menduduki posisi ketiga secara nasional, dan mengantarkan Kayubi terpilih sebagai salah seorang anggota DPRD Kotamadya Blitar dari unsur Partai NU. Setelah Dekrit Presiden di bulan Juli 1959, beliau terpilih kembali sebagai anggota DPRD Kabupaten Blitar dari unsur Partai NU hingga tahun 1968. Tahun 1968 terpilih sebagai salah seorang anggota Badan Pemerintah Harian (BPH) Kabupaten Blitar dari unsur Partai NU. Jabatan itu diembannya hingga tahun 1977.

Di masa-masa ketegangan NU-PKI di Jawa Timur di tahun 1964-1965, Mohammad Zainuddin Kayubi memainkan peranan penting. Pada tahun 1964 beliau terpilih sebagai Ketua Pengurus Cabang GP. Ansor Blitar. Diakui, masa-masa memimpin Ansor merupakan masa yang sangat berat bagi beliau – apalagi di daerah yang merupakan basis PKI. Waktu itu Ansor harus berhadapan dengan pemuda-pemuda PKI dan BTI (Barisan Tani Indonesia). Disahkannya Undang-undang Pokok Agraria tahun 1960 dan UU Bagi Hasil Pertanian tahun 1960 mendorong pemuda-pemuda PKI yang tergabung dalam BTI melakukan aksi-aksi sepihak menyerobot tanah-tanah masyarakat. Di Jawa Timur, tanah-tanah yang diserobot itu kebanyakan adalah tanah-tanah pesantren atau tanah milik kiai. Slogan BTI saat itu adalah “Serobot dulu, urusan belakangan”. Akhirnya bentrokan pun tak terelakkan antara kalangan Ansor dan BTI di desa-desa. Tak terkecuali di desa-desa sekitar Blitar, Kediri, Tulungagung dan Trenggalek. Tanah-tanah kiai banyak dipatok semena-mena. Bentrok fisik pun terjadi hampir setiap hari di beberapa tempat.

Seluruh PC GP Ansor di Karesidenan Kediri melakukan rapat untuk membentuk Koordinator Daerah (Korda) atau Komando Daerah (Komda), semacam keamanan gabungan yang melibatkan beberapa unsur dalam Ansor daerah. Kayubi kemudian ditunjuk sebagai ketua Komda. Tidak lama setelah itu Komda menyepakati didirikannya lembaga semi-militer berbasis masyarakat di bawah naungan GP Ansor. Fungsinya adalah memperkuat pengamanan tanah-tanah milik masyarakat dan pesantren. Atas dasar pemikiran itulah Kayubi berinisiatif membentuk Barisan Ansor Serbaguna (disingkat Banser). Dan Kayubi sendiri diangkat sebagai pimpinan atau “jenderal” Banser.

Selama masa genting tersebut, rumah Kayubi yang berada di Jl. Semeru (sekarang Jl. Sudancho Supriadi) disulap menjadi markas Banser. Sementara keluarganya sendiri tinggal di rumah lain. Bekas pabrik limun berukuran 8 x 25 meter itu tak ubahnyasebagai markas tentara. Ada penjagaan, sandi-sandi tertentu, tempat senjata, dapur, dan beberapa ruang rapat. Setiap hari tempat itu tidak pernah sepi dari anak-anak muda yang datang dari berbagai daerah. Rata rata mereka membawa aneka macam senjata. Memang itulah Markas Komando Banser Karesidenan Kediri, yang tidak lain adalah rumah Kayubi.

Hampir setiap hari Kayubi keliling seluruh daerah yang menjadi wilayah kerjanya untuk melakukan Kursus Kader Ansor. Meski suasana sedang genting, tidak jarang beliau datang sendirian ke pelosok-pelosok desa. Ia memang seorang pemberani. Postur tubuhnya tidak terlalu besar, tapi mentalnya benar-benar kuat bagai baja. Di setiap lokasi kursus kader Ansor, beliau selalu memompa semangat anak-anak muda Banser agar pantang mundur dalam menghadapi lawan. Saat itu hampir semua anggota Banser mendapatkan pelatihan dari tentara. Ada yang melalu Raider, Kodam, Kodim, hingga RPKAD. Kebanyakan mengikuti pelatihan selama tiga bulan. Jadilah banyak anggota Banser yang memiliki mental tentara. Sedangkan gemblengan mental spritual dilakukan oleh para kiai pengasuh pondok pesantren.

Untuk melindungi tanah-tanah rakyat dan pesantren dari aksi-aksi BTI-PKI itu, pihak Ansor dan Banser mengangkat slogan: “Pukul dulu, urusan belakangan”. Aksi-aksi ini kemudian mengundang intervensi pemerintah pusat. Pimpinan pusat GP Ansor kemudian dipanggil oleh Dr. Subandrio, waktu itu wakil perdana menteri dan kepala intelijen, yang dikenal berpihak pada PKI. Mereka dimarah-marahi, bahkan mendapat ancaman kalau GP Ansor akan dibubarkan oleh presiden Sukarno. Namun, ancaman tersebut ternyata tidak membuat pimpinan Ansor lainnya bergeming, bahkan jalan terus membela hak-hak rakyat itu. Hingga akhirnya pasca G30S/PKI di tahun 1965, PKI dan BTI hancur berantakan. Dan sebagian orang-orang BTI pun kemudian berlindung ke orang-orang NU, dan kembali ke kiai dan pesantren.

Kayubi sendiri pernah diminta oleh Kapten Hambali dari Kodim Blitar yang meminta agar para kader GP. Ansor dan Banser bersedia direkrut dalam Operasi Trisula tahun 1968 untuk menumpas sisa-sisa perlawanan PKI di daerah Blitar selatan. Pasukan Banser diminta mengenakan pakaian Hansip seusai dengan Perintah Operasi 02/5/1968 yang di antaranya menyebut penggunaan bantuan kekuatan Hansip di wilayah Blitar selatan dan Tulungagung. Lalu, mengapa mesti Ansor dan Banser? Tanya Kayubi. Sebab Pemuda Ansor tidak diragukan lagi ke-Pancasila-annya, jawab Hambali.

Meski Kayubi dikenal galak terhadap pemuda-pemuda PKI, namun tidak demikian dalam urusan politik. Selama menjadi anggota DPR-GR Kabupaten Blitar di tahun 1960-an, Kayubi berkawan akrab dengan para politisi PKI. Salah seorang kawan akrabnya adalah Putmainah. Politisi perempuan dan anggota Fraksi-PKI di DPR-GR Kabupaten Blitar ini jarang berbeda pendapat dengan Kayubi. “Kami sering boncengan motor bersama pas masuk kantor. Pak Kayubi selalu menyapa saya dengan panggilan Mbak Yu,” tutur Putmainah, yang pernah ditahan 10 tahun oleh pemerintah Suharto karena keterlibatannya di PKI, saat ditemui di rumahnya di Desa Pakisrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

Atas prestasinya yang gemilang dalam merintis dan membentuk Banser, pada tahun 1967 beliau mendapatkan penghargaan Bintang Satya Lencana Gerakan dari Pimpinan Pusat GP. Ansor. Penghargaan ini hanya dikhususkan untuk Kayubi, sang jenderal Banser ini. Pada tahun 1978 beliau pensiun dari kantor Departemen Agama Blitar. Setahun kemudian beliau bersama keluarga kembali ke tanah kelahirannya di Ponorogo.

Mohammad Zainuddin Kayubi wafat pada hari Rabu 2 Desember 1983 dalam usia 57 tahun dan dimakamkan di Makam Taman Arum Ponorogo.

Rabu, 19 September 2018

Berita terbaru polewali mandar

Berita terbaru polewaliTelah terjadi di daerah POLEWALI MANDAR desa Palatta Kecamatan Tapango Kab.Polewali Mandar Provinsi Sulawesi BaratKejadian ini sudah terjadi didearah daerah lain sebelumyaSeperti di Jambu Malea dan BeroanginDan Kemarin Hari Rabu Pukul 09.00 Sijago Merah kembali menghanguskan rumah Warga dusun kondo desa palatta kecamatan Tapango dalam kebakaran rumah itu membuat kluarga pak husain berduka dan bersedihLantaran hanhusnya Rumah mereka.Dalam kejadian tersebut Pak Husain yg penilik rumah adalah salah satu korban 

KETUM GP. ANSOR BERSUARA

  Jakarta, CNN Indonesia  --  Ketua Umum Gerakan Pemuda  Ansor , Yaqut Cholil Qoumas berharap Imam Besar FBI yakni Muhammad  Rizieq Shihab  ...